Rabu, 01 Desember 2010

seminar terbuka

SEMINAR TRBUKA oleh Prof. dari UNIVERSITY NAGOYA Jepang mengenai "community awarness and development of disaster in Aceh" oleh Makoto Takahashi & Shigeyoshi Tanaka (Nagoya University) dan Masaya Iga (Kanazawa University) pada Jum'at, 3 Desember 2010 dimulai pukul 9 pagi di Ruang Seminar Jur SEP. Bagi yang mau hadir agar datang lebih awal. Terima kasih

Selasa, 30 November 2010

KEGIATAN ASSESSMENT POSYANDU PLUS UNICEF DI KABUPATEN NIAS SELATAN ANGGOTA TEAM : SUPERVISOR : Ir. Edy Marsudi, M.Si, peneliti : Mujiburrahmad, SP ,M. Ridwan Anwar


Hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan di Nias Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a.   Keberadaan 10 unit posyandu plus yang telah dibangun Unicef di Kabupaten Nias Selatan semuanya dalam keadaan terbengkalai dan belum ada tanda-tanda untuk dimanfaatkan. Ada 1 unit diantaranya belum rampung dikerjakan sepenuhnya dan dibiarkan terlantar begitu saja. Di samping itu, ada 4 lokasi yang menjadi sengketa antara masyarakat dengan pihak pelaksana karena masih ada sangkut paut yang belum diselesaikannya. Dari aspek lokasi ditemukan beberapa posyandu plus dibangun tumpang tindih dengan fasilitas kesehatan yang telah ada sebelumnya, misalnya di Desa Hiliganowo dan Desa Sisobahili Horona yang dibangun hanya mengambil jarak beberapa meter dari puskesmas pembantu yang telah terlebih dahulu berada pada lokasi yang sama di desa tersebut.  Padahal pembangunan fasilitas yang sama pada lokasi yang berdekatan akan sangat berpengaruh pada aspek pemanfaatannya dan lebih cenderung mubazir. 

b.   Instalasi listrik pada semua bangunan posyandu plus di semua lokasi belum ada satupun yang terpasang. Sementara instalasi air bersih, meskipun di semua lokasi posyandu plus telah ada tangki penampung air namun hanya ada satu lokasi posyandu yang instalasinya dapat difungsikan. Sedangkan lainnya belum dapat digunakan karena berbagai kendala yang melingkupinya.  Sarana penunjang berupa tempat pembuangan sampah domestik, tempat pembuangan sampah medis (septic box), dan saluran air pada posyandu plus belum dibuat karena belum dibutuhkan. Hal ini dikarenakan bangunan posyandu plus belum diaktifkan.

c.   Obat-obatan yang diterima dari Unicef  pada umumnya sudah kadaluarsa, kecuali amoxilin 250 mg yang masih dapat dipergunakan.  Tidak ditemui adanya sarana peralatan dan perangkat pelengkap PAUD pada semua posyandu plus.  Kecuali di Posyandu Plus Tuindrao Kecamatan Amandraya, yang didapati seperangkat sarana peralatan PAUD dalam pekarangan posyandu plus dalam posisi tergeletak di tanah dan tidak terpasang.  Sarana rumah bidan yang ada antara lain kursi tamu dan tempat tidur, namun tidak semua posyandu ditemui adanya perabotan tersebut. Sebahagian perabot posyandu terutama kursi tamu ditemui dalam keadaan rusak dan patah sebelum digunakan.

d.   Hanya ada satu bidan yang bertempat tinggal di rumah keluarganya yang terdapat di desa lokasi posyandu. Sedangkan bidan lainnya bertempat tinggal di desa lain di luar desa lokasi pembangunan posyandu plus.  Tenaga kader posyandu plus di semua lokasi, hampir seluruhnya kurang aktif. Bilamana mereka aktif hanya sebatas untuk membantu pelaksanaan posyandu yang digelar di desa selama satu kali dalam satu bulan.
e.   Posyandu plus desa yang terdapat di Kabupaten Nias Selatan semuanya belum ada struktur kepengurusan organisasinya.  Tidak ditemukan adanya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam berbagai tingkatan dalam Kabupaten Nias Selatan. Padahal Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.54 Tahun 2007, menghendaki adanya pembentukan pokjanal posyandu di setiap tingkatan.

RANTAI PERSEDIAAN (SUPPLY CHAIN) KOPI (Coffea sp) DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI ACEH (Study Kasus Pada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan)

Sulaiman (Agronomi), Muhaimin (THP), Mujiburrahmad (SEP)
Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 23111

ABSTRACT

Praktek Lapang  Supply Chain  kopi organik dilakukan dalam satu subdistrik di Kabupaten Aceh Tengah, yaitu dengan metode Study Kasus (Case Study). Praktek lapang akan melihat tiga sub-subsistem dan  akan di kaji yaitu Subsistem Produksi, Subsistem Pengolahan dan Subsistem Pemasaran. Dan juga dilihat penanganan dari bahan baku (kopi graind segar) untuk produk akhir di pasar ekspor. Berdasarkan analisis ekonomi semua sub-sistem yang layak untuk pengembangan. Ada beberapa potensi untuk meningkatkan nilai ekonomi kopi organik di Kab. Aceh Tengah dan sekitarnya.

Kata kunci: kopi organik, sistem agribisnis, analisis ekonomi




I.     PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kopi (Coffea sp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Copea. Tanaman ini tumbuh tegak bercabang dan tingginya dapat mencapai 12 meter. Kopi adalah sejenis minuman yang biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan dari biji kopi yang sudah diolah. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan selain minyak bumi, dan kopi juga merupakan sumber utama kafein. Kopi berasal dari Benua Afrika, diperkenalkan ke Indonesia lewat Srilanka, orang belanda adalah orang yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa. (Girisanta, 1978)
Kopi adalah produk andalan petani di Aceh Tengah disamping produk-produk lainnya yaitu padi dan palawija. Untuk mendapatkan hasil dan harga yang lebih tinggi sebagian petani kopi di Aceh Tengah telah mengembangkan kopi organik. Pertanian organik merupakan salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpang sari (intercropping), penggunaan mulsa (bahan berupa jerami, serbuk gergaji, atau dedaunan), penanganan tanaman, dan pascapanen. Pertanian organik memiliki ciri khas, terutama dalam hukum dan sertifikasi, berupa larangan penggunaan bahan sintetik, disamping pemeliharaan produktivitas tanah. (Anonymous, 2002)
Di Aceh, sistem pertanian ini telah dikenal dan dilaksanakan sejak 10 tahun lalu oleh petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah dan 18 Kabupaten lainnya. Produsen kopi dunia, termasuk petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah mengembangkan sistem pertanian organik, terutama untuk produk kopi arabika, karena permintaan kopi arabika organik dipasaran dunia terus meningkat, terutama dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya. Untuk melihat luas tanam dan produksi kopi perkebunan rakyat menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel.1      Luas Tanam Dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Tahun 2008-2009

Kabupaten/Kota
2008*)
2009**)
Regency/ City
Luas/
Produksi/
Luas/
Produksi/

Area
Production
Area
Production

(ha)
(ton)
(ha)
(ton)
-1
-2
-3
-4
-5
1.
Simeulue
                158
                  15
158
13
2.
Aceh Singkil
                132
                  50
121
36
3.
Aceh Selatan
             1.590
                504
1.544
460
4.
Aceh Tenggara
                316
                  47
315
45
5.
Aceh Timur
                281
                  61
281
60
6.
Aceh Tengah
           46.493
           22.757
46.780
27.789
7.
Aceh Barat
                533
                181
533
131
8.
Aceh Besar
             1.318
                772
1.318
760
9.
Pi d i e
             9.736
             2.377
9.430
1.987
10.
Bireuen
                724
                461
724
440
11.
Aceh Tengah
3.301
1.137
3.301
1.137
12.
Aceh Utara
                975
                308
975
231
13.
Aceh Barat Daya
                560
                225
562
231
14.
Gayo Lues
             2.929
                823
3.628
670
15.
Aceh Tamiang
                105
                  14
51
9
16.
Nagan Raya
             1.360
                565
1.360
565
17.
Aceh Jaya
             1.654
                301
1.479
301
18.
Pidie Jaya
306
79
306
79
19.
Bener Meriah
           39.790
           12.832
39.490
13.287
20.
Banda Aceh
                    -
                     -
-
-
21.
Sabang
-
-
-
-
22.
Langsa
5
1
-
-
23.
Lhokseumawe
18
14
18
14
24.
Subulussalam
44
16
44
16
Jumlah/Total
112.113
           48.080 
111.100
47.602

  Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Aceh Tengah memiliki luas area dan produktifitas yang paling tinggi yaitu 46.780 Ha dan 27.789 ton. Sedangkan Kota Banda Aceh dan Sabang tidak memproduksi Tanaman Kopi.
Harga kopi arabika organik juga lebih tinggi dari kopi robusta, karena itu produsen kopi dunia berlomba-lomba mengembangan kopi arabika organik untuk merebut pangsa pasar ekspor kopi arabika dunia. Konsumen kopi dunia menyukai kopi arabika organik, karena budidaya kopi arabika telah menggunakan sistem tanaman kopi secara organik atau tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia, sehingga tanaman itu mencerminkan produk tanaman ramah lingkungan dan berkelanjutan. (Anonymous, 2002)
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Tujuan Koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan angotanya. Anggota koperasi bisa berupa perorangan atau Badan Hukum Koperasi. Anggota perorangan adalah orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi, sedangkan Badan Hukum Koperasi adalah suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas atau dikenal dengan koperasi sekunder. (http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi)
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa perbedaan karateristik utama koperasi dengan badan usaha lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda. Maksud identitas ganda adalah bahwa anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Hal ini dapat dilihat dari sistem pengendalian koperasi yang pada umumnya dikendalikan secara bersama-sama oleh seluruh anggotanya serta pembagian keuntungan koperasi kepada anggota dihitung berdasarkan peran serta anggota tersebut dalam kegiatan utama koperasi.
Kabupaten Aceh Tengah memiliki komoditi unggulan ekspor berupa komoditi kopi jenis arabika. Pemasaran kopi ini selain menguasai pasaran Nasional juga ke pasaran Internasional. Masyarakat Aceh Tengah umumnya berpenghasilan dari bercocok tanam kopi. Hampir di setiap rumah di Kabupaten Aceh Tengah tumbuh subur tanaman kopi ini. Kopi yang dihasilkan dijual kepada pedagang-pedagang pengumpul yang datang ke lokasi. Harga jual kopi ditentukan oleh para pedagang tersebut. Situasi ini menyebabkan masyarakat petani kopi hanya menikmati sebagian kecil dari komoditi ini. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Aceh Tengah Pemerintah Daerah melakukan pembinaan berupa pelatihan dan mengikutsertakan para petani dan pengusaha kopi dalam beberapa even pameran yang bertujuan untuk mempromosikan produk unggulan dari Kabupaten Aceh Tengah ini. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan mulai dari penanaman, perawatan tanaman kopi hingga pada proses pengolahan serta pemasaran kopi.

1.2       Tujuan

Adapun tujuan dari Praktek Lapang ini adalah untuk mengetahui dan mem pelajari secara langsung proses Budidaya , pengolahan dan juga jaringan pasok kopi Arabika  Organik pada Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan di Kabupaten Aceh Tengah.

1.3       Ruang Lingkup
            Kegiatan Praktek Lapang  yang akan dilakukan meliputi beberapa aspek, yaitu mengobservasi dan mempelajari :
1.         Proses budidaya Kopi organik
2.         Proses pengolahan kopi organik
3.         Supply chain kopi organik
1.4       Metode Pengumpulan Data
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus (Case Study), menurut Teken (1965 : 20), “Studi Kasus dapat berbentuk suatu individu,institut, ataupun perusahaan yang dianggap sebagai suatu kesatuan di dalam penelitian yang bersangkutan.”
            Pengumpulan data diperoleh dari beberapa sumber data, yang meliputi data primer dan data sekunder. Rincian kedua data tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara (interview) dengan petani, kolektor dan tenaga kerja pada KBQ Baburrayyan dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
b.      Data sekunder bersumber dari instansi – instansi yang dengan penelitian ini baik instansi pemerintah, swasta maupun perpustakaan yang mendukung terhadap penelitian ini.
            Metode Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara pengamatan dan wawancara terhadap responden yang telah terpilih dan pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu serta didukung oleh data sekunder /studi kepustakaan.(Su’ud.2002 : 77)

1.5       Tempat dan Waktu
     a.    Tempat
            Case Study (study kasus) telah dilaksanakan di Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh
     b.    Waktu
            Praktek lapang dilaksanakan pada tanggal 25 – 27 Juni 2010



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Kopi
2.1.1 Sistematika Tanaman Kopi
Kopi (Coffea sp) adalah spesies tanaman yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Menurut Najiyati dan Danarti (2004), tanaman kopi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Phyta
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Ordo                : Gentianales
Famili              : Rubiacaceae
Genus              : Coffea L.
Nama ilmiah    : Coffea sp


2.1.2 Morfologi Tanaman Kopi
Sistem Percabangan
Kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda.
·         Cabang Reproduksi (cabang orthotrop)
Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Cabang ini sering juga disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer.
·         Cabang Primer (cabang plagiotrop)
Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer sehingga bila cabang ini mati, di tempat tersebut tidak dapat tumbuh cabang lagi. Ciri-ciri cabang primer adalah arah pertumbuhannya mendatar, lemah dan berfungsi sebagai penghasil bunga.
·         Cabang Sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.
·         Cabang Kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas.
·         Cabang Pecut
Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya cukup kuat.
·         Cabang Balik
Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dan arah pertumbuhannya menuju ke dalam mahkota tajuk.
·         Cabang Air
Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta ruas daun relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.
Sistem Perakaran
Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya berasal dari bibit semai. Sementara tanaman kopi yang berasal dari bibit setek, cangkok atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek tidak memiliki akar tunggang, tetapi akar serabut sehingga relatif mudah rebah.
Bunga
Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5-7 tangkai berukuran pendek.
Buah
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras.
Daun
Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat, tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada ketiak (Najiyati dan Danarti, 2004).

2.1.3 Jenis-Jenis Tanaman Kopi
Kopi Arabika (Coffea arabica)
Budidaya kopi ini secara organik telah dilakukan oleh petani namun belum semua areal kebun karena keterbasan pengatahuan tentang budidayaka kopi secara organik.Kopi Arabika merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19, karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas, akan tetapi kopi ini sangat peka terhadap penyakit karat daun (HV).
Kopi Liberika (Coffea liberica)
            Meskipun sudah cukup lama masuk ke Indonesia (sejak tahun 1965), tetapi hingga kini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah rendah dan rendemen rendah. Biasanya kopi Liberika tidak disukai oleh perusahaan karena perbandingan buah basah dan buah kering (beras) sangat rendah.
Kopi Robusta
Kopi Robusta yang organic sangat cepat berkembang. Bahkan, kopi Robusta termasuk jenis mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini. Akan tetapi harga kopi ini lebih murah dibanding kopi Arabika karena kualitas masih rendah.
Kopi Golongan Ekselsa
 golongan Ekselsa mempunyai adaptasi iklim lebih luas dan tidak terlalu peka terhadap penyakit karat daun (HV). Kelemahan jenis kopi ini antara kurang laku di pasaran dibanding kopi Robusta karena kualitasnya kurang bagus. Jenis kopi ini banyak dibudidayakan di dataran rendah yang basah, yaitu daerah yang tidak sesuai untuk kopi Robusta.

Kopi Golongan Hibrida
Golongan kopi ini sangat jarang dibudidaya secara organic tetapi ada juga daerah-daerah tertentu dibudidaya seaca organic Kopi golongan hibrida merupakan turunan pertama dari hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas, sehingga mewarisi sifat-sifat unggul kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Oleh karena itu, pembiakan hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan (Najiyati dan Danarti, 2004).

2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1  Ketinggian Tempat
Kesesuaian iklim dapat didefenisikan dari ketinggian tempat di atas permukaan laut, karena ketinggian tempat secara umum menentukan unsur iklim terutama suhu. Beberapa penelitian dan fakta di lapangan menyatakan bahwa suhu yang tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi Arabika (Iqbal, 1999). Secara geografis tanaman kopi tumbuh baik pada zona antara 20o LU dan 20o LS. Tanaman kopi menghendaki ketinggian tempat antara 800-1700 m di atas permukaan laut. Namun demikian, ketinggian ini berbeda pada setiap jenis tanaman kopi (Baon, 1988).
Menurut Najiyati dan Danarti (2004), ketinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Pada umumnya, ketinggian tempat dari permukaan laut akan berpengaruh terhadap suhu. Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda. Misalnya, kopi Robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl. Kopi Arabika menghendaki
Ketinggian tempat antara 700-1700 m dpl. Kopi golongan Liberica menghendaki ketinggian tempat antara 1000-1700 m dpl. Sedangkan kopi Ekselsa banyak dibudidayakan di dataran rendah yang basah, yaitu daerah yang tidak sesuai untuk kopi Robusta (Najiati dan Danarti, 2004).
2.2.2 Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan tanaman. Sementara waktu turunnya hujan berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga dan buah seperti pada kopi Robusta dan Arabika (Najiyati dan Danarti, 2004). Batas minimal curah hujan  dalam satu tahun adalah 1000-2000- mm/tahun, sedangkan yang optimal adalah 2000-3000 mm/tahun. di Indonesia curah hujan terletak pada 2000-3500 mm/tahun (Redaksi Agraris Kanisius, 1974).
2.2.3 Penyinaran
Pada umumnya, kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Sengatan sinar matahari langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah dan daun sehingga mengganggu keseimbangan proses fotosintesis, terutama pada musim kemarau. Selain berpengaruh terhadap fotosintesis, sinar matahari juga berpengruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga. Sinar matahari yang cukup banyak akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Dengan demikian, bila sepanjang tahun tanaman kopi mendapatkan sinar matahari langsung secara terus-menerus maka tanaman akan membentuk bunga sepanjang tahun. Akibatnya, pembungaan menjadi tidak teratur dan tanaman menghasilkan bunga melebihi kemampuannya sehingga jumlah bunga yang berhasil menjadi buah hanya sedikit, selain itu mutu buah pun rendah (Najiyati dan Danarti, 2004).

2.2.4 Angin
Peranan angin pada tanaman kopi adalah membantu perpindahan serbuk sari bunga dari tanaman satu ke putik bunga kopi lain yang berbeda klon. Dengan demikian, terjadi penyerbukan yang dapat menghasilkan buah. Selain berpengaruh positif terhadap tanaman kopi, terkadang angin juga berpengaruh negatif, terutama bila angin kencang. Angin kencang secara langsung akan merusak tajuk tanaman atau menggugurkan bunga (Najiyati danDanarti, 2004).
 Tanaman kopi tidak tahan terhadap angin kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan  mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah pada areal pertanaman kopi. Selain mempertinggi penguapan, angin kencang juga dapat mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi (Redaksi Agraris Kanisius, 1974).
2.2.5 Tanah
Secara umum, tanaman kopi menghendaki tanah gembur, subur dan kaya bahan organik. Oleh karena itu, tanah disekitar tanaman harus sering diberi pupuk organik agar subur dan gembur sehingga sistem perakaran tumbuh baik. Selain tanah gembur dan kaya bahan organik, kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu pH 4,5-6,5  untuk kopi Robusta dan pH 5-6,5 untuk kopi Arabika.
2.2. Aspek Tekhnologi Pengolahan
Kopi adalah produk andalan petani di Aceh Tengah disamping produk-produk lainnya yaitu padi dan palawija. Untuk mendapatkan hasil dan harga yang lebih tinggi sebagian petani kopi di Aceh Tengah telah mengembangkan kopi organik. Pertanian organik merupakan salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpang sari (intercropping), penggunaan mulsa (bahan berupa jerami, serbuk gergaji, atau dedaunan), penanganan tanaman, dan pascapanen. Pertanian organik memiliki ciri khas, terutama dalam hukum dan sertifikasi, berupa larangan penggunaan bahan sintetik, disamping pemeliharaan produktivitas tanah. Disamping itu, pengolahannya lebih terkontrol sehingga hasil yang didapat lebih seragam.
Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah menjadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. Pengolahan buah kopi sccara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah.
2.3. Aspek Pemasaran
Tanaman kopi mempunyai fungsi sosial, sebab dengan adanya perkebunan kopi yang besar berarti pula memberi pekerjaan bagi orang-orang yang berdekatan. Misalnya saja suatu perkebunan luasnya 1000 ha. Kalau rata-rata tiap ha satu buruh, dan tiap buruh satu istri dengan 2-3 anak, berarti satu perkebunan dapat memberi penghidupan tiga - empat ribu orang. (Kanisius, 1982)
Kopi organik adalah kopi yang dihasilkan dengan cara ekologis, ekonomis, berkelanjutan, bermutu tinggi dan aman dari bahaya bahan kimia sintetik. Dalam budidaya pertanian, kopi organik ini hanya mengandalkan bahan-bahan organik seperti sisa tanaman, pupuk kandang, tanaman penutup tanah dan pupuk hijau. Sedangkan bahan kimia seperti insektisida, fungisida, nematisida, herbisida dan berbagai macam pupuk kimia tidak digunakan. (Karim et al, 1997:30).
Menurut Kadariah (1978) dalam pengembangan suatu usahatani perlu dianalisis beberapa aspek, yaitu:
1.      Aspek Teknis
            Aspek teknis dalam usahatani kopi adalah dapat dilihat pada keadaan kondisi tanah dan keadaan iklim dan persyaratan tumbuhnya.
            Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam dan gembur, lebih baik pada tanah yang bahan organisnya tinggi, lebih–lebih bila tanah itu berasal dari abu gunung berapi.
2.      Aspek Komersial
Usahatani yang bertujuan komersil didalam proses produksinya diperlukan pemakaian faktor-faktor produksi secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
3.      Aspek Ekonomis
            Aspek ekonomi menyangkut apakah pembangunan pertanian khususnya usahatani kopi tersebut akan mampu memberikan sumbangan positif dalam pembangunan ekonomi ditinjau secara keseluruhan seperti terserapnya tenaga kerja, naiknya produksi dan produktivitas serta tingkat kemakmuran para petani tersebut. Dengan demikian analisis secara ekonomi ini dititik beratkan pada hasil secara keseluruhan bukan pada hasil perorangan.
4.      Aspek Finansial
            Aspek finansial mencakup arus penerimaan dan pengeluaran mulai dari persiapan areal pembibitan hingga akhir umur ekonomis suatu usahatani. Setiap pelaksanaan kegiatan usahatani serta keputusan manajemen lainnya perlu pedoman pada analisis finansial.
             Pemasaran menurut Carthy (1985) adalah penyelenggaraan kegiatan yang berusaha mencapai tujuan organisasi dengan cara memperkirakan kebutuhan langganan dan mengarahkan arus barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dari produsen ke langganan. Pemasaran dapat dikatakan sebagai penghubung antara pihak produsen dan konsumen sehingga terjadi pertukaran barang dan jasa serta adanya keinginan atau kebutuhan manusia. Dalam memasarkan suatu produk hendaknya terlebih dahulu dilakukan penetapan harga, dimana harga sangat menentukan pendapatan masyarakat di pasar. Penetapan harga tersebut harus memperhitungkan beberapa faktor, antara lain tujuan penetapan harga dan permintaan terhadap produk.
              Pemasaran dalam lingkup pertanian mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan arus pemindahan barang-barang kebutuhan pertanian dari pihak produsen ke konsumen, yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih kepada konsumen. Mursid (1993) mengatakan bahwa, pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang-barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
              (Arntzen et al., 1995 dalam Matthew J. Titus et al) mendefinisikan supply chain sebagai satu kesatuan dari fasilitas, teknologi, supplier (pemasok), konsumen, produk, dan metode distribusi. Dari definisi yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa supply chain management harus didukung oleh fasilitas, teknologi pengolahan, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pasok dan konsumen.
              Menurut Indrajit (2003 : 5) untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh strategi Manajemen supply chain yaitu suatu sistem mata rantai penyaluran barang (penyediaan barang) produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Konsep supply chain merupakan konsep baru di dalam melihat persoalan logistik. Dalam konsep baru ini masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas hingga masalah mata rantai penyediaan barang.
             

III.GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1    Latar Belakang Perusahaan
Didasari oleh prinsip dan tujuan koperasi dengan potensi sumber daya alam berupa komoditi kopi yang berlimpah di Kabupaten Aceh Tengah, maka pada tanggal 21 Oktober 2002 didirikan sebuah Koperasi dengan nama Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan yang berbadan Hukum Nomor 62.01/233/bh/X/2002. Koperasi ini memiliki 2 (dua) unit usaha yaitu usaha simpan pinjam dan usaha perdagangan kopi serta 1 (satu) pabrik pengolahan kopi.
Kantor pusat administrasi Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan beralamat di Jalan Inem Mayak Teri, Lorong 1 Nomor 115 Tetunyung, Takengon Aceh Tengah. Sementara kedua unit usahanya terletak dilokasi yang berbeda. Unit Usaha Simpan Pinjam berada di Jalan Mesir Kebet Bebesen Takengon, Aceh Selatan dan Unit Usaha Pemasaran Kopi berada di Jalan RSU Datu Beru Kebayan Takengon, Aceh Tengah.
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan (KBQB) telah melakukan ekspor perdana kopi Gayo dengan total 392.700 kilogram ke berbagai negara di dunia. Dengan total perolehan uang Rp 12.579.651.900,- atau setara (USD$ 1.372.107). Sementara sejak priode Januari-Juni 2007, total ekspor kopi Gayo ke manca negara mencapai 558.000 kilogram dengan total perolehan Rp 18.462.651.282,- atau setara (USD$ 2.061.090) atau naik sekitar 30 persen.
Petani kopi yag masuk sebagai anggota koperasinya di didik dan dibina dalam hal budidaya kopi yang tidak memakai pupuk kimia. Pemupukan dilakukan dengan sistem pupuk kompos. Untuk itu semua produksi kopi milik petani yang tidak mempergunakan pupuk kimia ditampung langsung oleh KBQ Baburrayyan dengan harga yang sesuai di dunia.
Untuk memotivasi para petani agar menghasilkan produk kopi organik, selain harga kopi, pihak KBQ Baburrayyan juga memberikan fee untuk masing-masing petani. Untuk tahun 2006 jumlah premi atau fee yang diberikan kepada petani tercatat sebesar Rp 400.036.000,-. Sementara tahun 2007 diberikan sebesar Rp 800 juta. Dengan pemberian fee ini, para petani tetap bersemangat dan enerjik merawat kebun-kebun kopi mereka. Disamping memberikan fee, pihak KBQ Baburrayyan juga telah membantu rehabilitasi kebun petani. Hingga kini luas areal kebun kopi petani yang telah direhabilitasi tercatat seluas 392,3 hektar dengan jumlah bibit yang disalurkan sebanyak 588,412 batang.
KBQ Baburrayyan juga memberikan jatah hidup (jadup) kepada petani yang kebunnya direhabilitasi. Jadup yang diberikan sudah tercatat sebanyak 26.005 Kilo gram, peralatan kerja berupa parang dan cangkul sebanyak 600 unit, mesin babat rumput sebanyak 291 unit. Untuk mewujudkan harapan para pecandu kopi dunia terhadap kopi organik, pihak KBQ Baburrayyan akan terus melanjutkan program rehabilitasi kebun kopi milik petani. Karena KBQ Baburrayyan juga kini telah mempersiapkan bibit kopi sebanyak 3.361.588 juta batang.
Anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan saat ini tercatat sebanyak 5.432 orang. Dari jumlah itu dibagi dalam empat kelompok yakni, Kelompok Swadaya Masyarakat 51 orang, Kelompok Karyawan 16 orang, Kelompok Petani Kopi Aceh Tengah sebanyak 4.567 orang dan Kelompok petani kopi Bener Meriah 798 orang.
Strategi jitu yang dilakukan oleh manajemen koperasi dalam peningkatan nilai jual komoditi kopi perlu diberikan ancungan jempol. Pada tahun 2005 Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan mengantongi 3 (tiga) sertifikat produk organik yang diperoleh dari Lembaga Internasional. Dengan sertifikat yang didapat ini komoditi kopi tersebut dapat di ekspor ke negara tujuan sesuai dengan sertifikat yang diperoleh. Strategi ini membawa Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan menambah aktifitasnya sebagai lembaga peng-eksport kopi.
Tabel 2.      Daftar Organik sertifikat yang diperoleh pada Tahun 2005
No.
Sertifikat
Lembaga sertifikasi
Tujuan Ekspor
1
Organic Sertificate (EU)
CUC Indonesia
Eropa
2
Organic Sertificate (USDA/NOP)
CUC Indonesia
USA
3
Organic Sertificate JAS
CUC Indonesia
Jepang
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
 Tahun 2006 dan 2007, Koperasi ini menambah sertifikat produk masing-masing 1 sertifikat per tahun yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi CUC Indonesia dan FLO Cert Jerman.
Tabel 3.       Data Sertifiakat Produk yang Telah Diperoleh Koperasi Baitul Qiradh  Baburrayyan, Aceh Tengah
No.
Uraian
Tanggal Diperoleh
No. Lisensi
Lembaga Sertifikasi
1
Organic  Produk (EU/USDA/JAS)
24 Nov 2005
803507
CUC Indonesia
2
CaféPractice/Starbuck coffee
01 Des 2006
803507
CUC Indonesia
3
FLO Cert
06 Jul 2007
5416
FLO Cert Jerman
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan

3.2    Letak Geografis dan Luas Daerah
Suhu udara di Kecamatan Pegasing relatif sejuk karena topografi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit serta ketinggian Kecamatan pengasing dari permukaan laut cukup tinggi mencapai 2.000-2.600 meter. Suhu minimum di Kecamatan Pegasing adalah 150C dan suhu maksimumnya adalah 280C, kelembaban udara 18%. Lamanya penyinaran sebanyak 35% kabut 65% dan curah hujan 1.816 mm per tahun.
Kecamatan Pegasing merupakan salah satu Kecamatan dari 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tengah. Luas Kecamatan Pegasing keseluruhannya adalah 108.20 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pegasing adalah sebagai berikut:
-          Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bies dan Kecamatan Silih Nara.
-          Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Linge dan Kecamatan Atu Lintang.
-          Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Aceh Barat.
-          Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Laut Tawar dan Kecamatan Bebesen.
Kecamatan pegasing terdiri dari 30 desa namun tidak semua desa ada di Kecamatan Pegasing memiliki lahan untuk perkebunan kopi. Desa Arul Lantong merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Pegasing, desa ini memiliki perkebunan kopi yang diusahakan oleh rakyat secara turun temurun.

3.3    Struktur Organisasi
Majunya Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, Aceh Tengah tidak terlepas dari sistem manajemen yang diterapkan dan keuletan dari pengurus serta peran serta anggotanya. Kepengurusan Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan terdiri dari:
1.   Badan Pembina dan Penasehat
a.   Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Aceh serta Kepala Dinas Koperindag ESDM Aceh Tengah.
b.   Kepala Dinas Kehutanan dan perkebunan Aceh dan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah.
c.   Kadistan Aceh dan Kadistan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah.
d.   Kepada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah.
e.   Kepala Biro Ekonomi Setda Aceh dan Kepala Bagian Ekonomi Sekdakab Aceh Tengah.
f.   Ketua Forum Kopi Aceh. 
2.   Badan Pengawas
a.      Ketua        : Samsul Bahri, SP
b.   Anggota    : Sahmida
c.   Anggota    : Rudi HS 
3.   Badan Pengurus
a.   Ketua        : Rizwan Husin, SE. AK
b.   Sekretaris  : Armyadi, S.Hut
c.   Bendahara : Sugiati 
4.   Pengelola
a.   Unit Simpan Pinjam  : Sopian
b.   Unit Perdagangan      : Joselito Deleon Bombeta

Jumlah anggota koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan terus meningkat setiap tahunnya. Berawal dari 35 orang anggota yang berasal dari Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 bertambah 4 orang pada tahun 2005 sehingga menjadi 39 orang. Kiprah Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan pada tahun 2005 menampakkan kerja yang sangat baik dengan mendapatkan 3 (tiga) Sertifikat Organic yaitu Organic Sertificate (EU), USDA/NOP dan JAS untuk komoditi kopi dari CUC Indonesia yang merupakan Lembaga Sertifikasi. Dengan sertifikasi ini komoditi kopi dapat diekspor ke Negara Eropa, USA dan Jepang dengan harga yang sangat tinggi. Dari hasil kerja keras inilah anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan pada tahun 2006 meningkat sangat drastis hingga mencapai 5.432 orang. Pada tahun 2008 mencapai 6.776 orang meningkat 1,195% dari tahun 2007 yang beranggota 6.696 orang.
Data perkembangan jumlah anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 ditampilkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 4. Data Perkembangan anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan 2004 - 2008
No.
TAHUN
JUMLAH ANGGOTA (ORG)
TOTAL (ORG)
ACEH TENGAH
BENER MERIAH
1
2004
25
10
35
2
2005
29
10
39
3
2006
4.634
798
5.432
4
2007
5.474
1.222
6.696
5
2008
5.539
1.237
6.776
Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
Anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan pada tahun 2008 yang mencapai 6.776 orang terdiri dari kelompok petani kopi organik 6.642 orang, Kelompok petani kopi Un organik 107 orang dan kelompok Non Petani Kopi 27 orang. Kegiatan koperasi pada kelompok petani kopi organik adalah perdagangan kopi dan simpan pinjam. Sementara pada kelompok petani kopi Unorganik dan kelompok Non petani kopi kegiatan di koperasi hanya pada usaha Simpan Pinjam. 
Tabel 5.       Data anggota Menurut Kegiatan Usaha
No.
Kelompok
Jumlah Anggota (org)
Total (org)
Kegiatan di Koperasi
Aceh Tengah
Bener Meriah
1
Klp. petani kopi organik
5.430
1.212
6.642
Perdagangan kopi dan simpan pinjam
2
Klp. petani kopi anorganik
82
25
107
Simpan pinjam
3
Klp. non petani kopi
27
-
27
Simpan pinjam
Jumlah
5.539
1.237
6.776

Sumber : Manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.   Tata Laksana Kegiatan Perkebunan Kopi Organik Petani
A. Pembabatan
Sebelum melakukan penanaman bibit di lapangan, lahan perlu dipersiapkan dan diolah terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan hidup tanaman kopi, lahan yang baru dibuka harus dibersihkan terlebih dahulu dari rerumputan di semak-semak. Secara umum, tanaman kopi membutuhkan tanah yang gembur, subur, dan kaya bahan organik. Selain tanah gembur dan kaya bahan organik, kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 5-6,5 untuk kopi arabika dan pH 4,5-6,5. Apabila pH tanah kurang dari angka tersebut tanaman kopi masih dapat tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga terkadang pelu diberi kapur.
B. Pengolahan Tanah
Pengerjaan tanah perlu memperhatikan keadaan tanah itu sendiri, baik mengenai kesuburan, tirai tanahnya, dan bekas tanaman. Bila tanah itu dalam keadaannya masih cukup subur dapat dikerjakan pada tahun itu juga dan waktu pengerjaan yang tepat bila keadaan tanahnya masih cukup basah. Untuk keperluan tersebut sebaiknya dikerjakan sekitar bulan Februari sampai dengan Mei atau Juni. Sedangkan pada bulan Juli atau Agustus istirahat. Selanjutnya pada saat sudah jatuh hujan, pekerjaan dapat dimulai lagi.
            Bila keadaan tanahnya kurang subur, misalnya keadaan tanahnya cukup miring dan lapisan maka pekerjaan harus dilakukan seawal mungkin, 3-4 tahun sebelum penanaman sudah mulai dipersiapkan yakni dibuat teras dan lubang-lubang ditanami pupuk hijau.

C. Penggalian Lubang Tanam
Lubang tanaman dibuat pada teras atau pada anjir yang telah ditetapkan dengan ukuran rata-rata 60 x 60 cm, artinya lebar dan dalamnya 60 cm. waktu membuat lubang, lapisan tanah atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bawah ditaruh di sebelah kiri atau diratakan dengan maksud supaya bercampur dengan tanah sekitar lubang. Hanya membutuhkan 2 hari sebelum dilakukan penanaman, lubang dipilih tanah yang berasal dari lapisan atas karena tanah lapisan atas banyak mengandung humus, jadi subur, dan akan lebih baik bila dicampur dengan pupuk kandang.
D. Penanaman     
1.  Mengatur Jarak tanam
Pengaturan jarak tanam, terutama bermaksud agar tiap-tiap tanaman tidak saling mengganggu sehingga tanaman dapat memperoleh intensitas penyinaran optimal. Daun kopi yang memperoleh intensitas penyinaran yang rendah akibat rapatnya tanaman, daunnya menandu lebar, tipis dan lembek dan produksinya pun rendah.
Ukuran jarak yang digunakan pada kebun kopi adalah 2,5 x 2,5 m sehingga tanah dapat dimanfaatkan lagi untuk tanaman tumpang sari.
2. Pembibitan
Pembibitan kopi yang baru ditanam biasanya tidak tahan kekeringan. Oleh karena itu, sebaiknya penanaman dilaukan pada awal musim hujan atau pertengahan bulan November-Desember. Dengan demikian, pada musim kemarau berikutnya tanaman kopi sudah cukup kuat menahan kekeringan.
Kemudian tanah penutup lubang digali 20 cm atau sedalam leher akar. Setelah itu bibit ditanam dan tanah disekitar tanaman dipadatkan.
3.    Penyulaman
Beberapa minggu setelah selesai penanaman, hendaknya diadakan pemeriksaan kebun. Bila ternyata ada yang menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik atau mati, segera diadakan penyulaman.
Penyulaman dilakukan pada musim-musim keadaan tanahnya masih memungkinkan. Misalnya penyulaman pertama pada bulan November, sewaktu hujan belum begitu banyak, sedangkan penyulaman kedua pada bulan Maret, dimana hujan sudah berkurang, sesudah bulan Maret jangan dilakukan penyulaman karena menghadapi musim kemarau. Kalau sesudah bulan Maret ternyata ada yang mati, lebih baik ditangguhkan.
Agar sulaman itu cepat menyamai tanaman yang lain, hendaknya dipilih bibit yang baik dan penyelenggaraan atau perawatan yang lebih baik.
E. Pemeliharaan
1. Pengendalian Hama dan penyakit
Di beberapa perkebunan kopi banyak dikenal gangguan-gangguan tanaman kopi yang merugikan. Gangguan-gangguan tersebut kebanyakan disebabkan oleh hama dan penyakit, juga disebabkan keadaan sekeliling, yang umumnya menyerang pada akar batang, ranting, bunga, buah, dan daun. Adapun jenis-jenis yang sering menyerang tanaman kopi adalah :
  1. Penyakit Karat daun Kopi
Pengendaliannya :
·         Tebang dan bakar.
·         Tanaman yang belum terserang juga disemprot dengan fungisida tersebut.
·         Sebagai pencegahan, penyemprotan dilaksanakan setiap menjelang musim hujan dengan interval penyemprotan sekali dalam tiga Minggu.
  1. Penyakit Jamur Upas
Pengendaliannya :
·         Kurangi kelembaban dengan cara mengurangi naungan.
·         Olesi fungisida bubur Bordeaux Carbolineum 5% pada bagian yang terserang. Kemudian, potong dan musnahkan (bakar) batang dan ranting yang terserang. Pemotongan dilakukan pada bagian yang masih sehat.
·         Perhatikan bila disekitar kebun ada tanaman Theprosia sp, dan Leucaena karena tanaman tersebut bisa menjadi inang jamur upas. Bila tanaman tersebut terserang maka bagian yang terserang harus diobati dan dipangkas.
  1. Penyakit akar cokelat dan akar hitam
Pengendaliannya :
·         Segera bongkar pohon kopi hingga akarnya yang menunjukkan gejala terserang, kemudian singkirkan dan bakar.
·         Periksa kemungkinan ikut terserangnya pohon kopi yang berdampingan dengan pohon yang sakit.
·         Beri tepung belerang sebanyak 200 gram pada lubang bekas bongkaran yang dimasukkan ke dalam tanah, lalu diaduk. Lubang ini tidak boleh ditanami kopi hingga satu tahun ke depan.
  1. Penyakit bercak cokelat pada daun dan bercak hitam pada buah.
Pengendaliannya :
·         Kurangi kelembaban kebun dengan cara mengatur atau mengurangi naungan, pemangkasan bagian tanaman kopi yang sudah diproduktif, penjarangan bibit, dan membuat parit untuk membuang air hujan.
F.   Pemangkasan
Tanaman kopi apabila dibiarkan saja dari kecil hingga besar akan mencapai 7-10 m, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan dan pemungutan hasil. Disamping itu produksinya pun akan kurang. Oleh sebab itu, pemangkasan adalah salah satu segi di dalam pemaliharaan yang perlu dilaksanakan. Pada kopi, pemangkasan biasanya dilakukan pada batang maupun cabang. Pemangkasan dilakukan dalam tiga kali setahun sesuai dengan kebutuhan.
Pada perkebunan kopi yang baik harus selalu diadakan pemangkasan, baik mengenai tanaman pokok maupun pohon pelindung. Bila dibiarkan tumbuh tinggi, tanaman kopi dapat mencapai 12 m dengan percabangan rimbun dan tidak teratur. Akibatnya, tanaman mudah terserang penyakit serta buah yang dihasilkan sedikit dan sulit dipanen. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pemangkasan pada batang maupun cabang.
Pada tanaman kopi pemangkasan dilakukan pada cabang gila, maksudnya yang tidak ada buahnya harus dibuang karena tidak berguna. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan. Maksudnya, agar tanaman telah memiliki simpanan makanan yang cukup sebelum dipangkas.
4.2. Aspek Tekhnologi Hasil Pertanian 
Pengolahan kopi organik secara umum dilakukan oleh petani dan koperasi KBQ Baburrayyan. Petani mengolah kopi gelondong merah sampai menjadi gabah berkadar air 40-45 %. Gabah tersebut dijual ke kolektor dan kolektor menjual ke KBQ Baburrayyan dengan harga yang telah ditentukan. Kopi yang dibeli kolektor masih dalam bentuk gabah. Selanjutnya KBQ Baburrayyan mengolah kopi gabah tersebut menjadi kopi beras. Setelah proses pengolahan selesai, kopi digudangkan sampai pada tahap pengeksporan dilakukan.
Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, kadar airnya  berkisar  antara  12  - 13  %, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi beras (coffea beans). Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan.

 
 

Proses pengolahan kopi organik secara basah
 Adapun tahap-tahap proses
pengolahan kopi organik secara basah yang dilakukan oleh petani dan koperasi KBQ Baburrayyan antara lain sebagai berikut:
Ø  Pengolahan Ditahap Petani
1)      Panen kopi
Kopi Arabika  Gayo  dipanen  tanpa menggunakan  mesin yaitu dilakukan secara manual dengan cara memetik pilih buah yang telah masak, baik  yang  ditanam  oleh petani  kecil  atau  oleh  perkebunan  ukuran menengah. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 2,5-3 tahun. Petikan buah kopi dilakukan pada buah yang sudah masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas dan Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/ cabang/ ranting) yang rusak.
    Karena  buah  kopi tidak  matang pada waktu  yang  bersamaan,  petani  harus  melakukan panen  sekali  setiap  sepuluh  hari,  dalam  periode lima  hingga  enam  bulan,  untuk  mendapatkan kualitas  terbaik dalam penampilan, aroma, dan rasa. Panen kopi dilakukan atas bantuan tenaga  kerja  dari  keluarga  ataupun  penduduk  setempat dan ada juga yang memperkerjakan orang lain. Belum adanya pemakaian teknologi  atas panen seperti  yang dilakukan di Brazil. Ini merupakan  keunggulan dalam  panen kopi dengan biaya  tenaga kerja,  karena bila  panen  dilakukan menggunakan  mesin,  buah  yang belum matang benar akan menghasilkan aroma kopi yang tipis dan profil cupping yang keras.
Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :
a.       Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
b.      Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
c.       Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
Setelah buah kopi masak optimum sebaiknya secepatnya dipanen Agar buah tidak jatuh ketanah dan menyiapkan tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20- 36 jam jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik. (mempetahankan mutu terbaik).
Berikut adalah kopi yang dihasilkan :





2)      Pullping
Kopi masak yang baru dipanen kemudian dikupas kulit buahnya dengan cara dimasukkan ke dalam mesin penggiling kopi (pulper). Pulping merupakan proses yang bertujuan memisahkan biji kopi dari pulp yang terdiri dari daging buah dan kulit buah dimana hasilnya berupa kopi berkulit ari dan kulit tanduk atau disebut gabah basah. Di dalam mesin penggiling kopi dilengkapi dengan beberapa selinder yang bergigi, dengan pelat-pelat logam pemecah kulit.

Adapun susunan buah kopi dengan penampang  melintang dapat dilihat pada gambar berikut ini :















3)      Fermentasi Gabah
Setelah digiling atau kopi sudah terlepas dari kulitnya kopi dimasukkan ke dalam goni atau didalam bak semen untuk diendapkan selama satu malam. Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses pengeringan. Proses fermentasi juga dapat memperbaiki citarasa dari kopi. Fermentasi yang terlalu lama dapat mempengaruhi mutu dari kopi tersebut seperti rasa kopi menjadi asam.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi selama proses fermentasi antara lain sebagai berikut :
a.       Pemecahan Komponen mucilage
Bagian yang tepenting dari lapisan berlendir (getah) ini adalah komponen protopektin yaitu suatu “insoluble complex” tempat terjadinya meta cellular lactice dari daging buah. Material inilah yang terpecah dalam proses fementasi. Ada yang berpendapat bahwa tejadinya pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat dalam buah kopi. Enzim ini termasuk sejenis katalase yang akan memecah protopektin didalam buah kopi.
b.      Pemecahan Gula
Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan adanya rasa manis.
Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya proses pencucian lebih dari 15 menit akan banyak menyebabkan terjadinya banyak kehilangan konsentrasinya. Proses difusi gula dari biji melalui parchment ke daging buah yang berjalan sangat lambat. Proses ini terjadi sewaktu perendaman dalam bak pengumpul dan pemisahan buah. Oleh karena itu kadar gula dalam daging biji akan mempengaruhi konsentrasi gula di dalam getah beberapa jam setelah fermentasi.
Sebagai hasil proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetat dengan kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fermentasi ini adalah etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan memberikan onion flavor.
c.       Perubahan Warna Kulit
Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan bewarna coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya bewarna abu-abu ata.u abu-abu kebiruan. Proses “browning” ini terjadi akibat oksidasi polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini dapat dicegah dalam proses fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis.
2)      Pencucian
Pencucian secara manual dilakukan pada biji kopi didalam bak semen yang dialirkan dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk dengan tangan dan cangkul. Proses ini dilakukan sampai berulang kali untuk mendapatkan gabah kopi yang bersih (tidak terasa licin). Selama proses ini, air di dalam bak dibiarkan terus mengalir keluar dengan membawa bagian-bagian yang terapung berupa sisa-sisa lapisan lendir yang terlepas.

3)      Pengeringan awal
Pengeringan awal gabah basah bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengupasan kulit ari dan tanduk. Kadar air pada pengeringan awal berkurang dari 60 % menjadi 40-45 %. Gabah basah dikeringkan dengan sinar matahari selama 6- 7 jam dan sering dibolak balik selama 1 jam sekali sampai. Penjemuran dilakukan di lantai jemur yang terbuat dari semen dengan tebal tumpukan ± 2 cm.
Hasil dari pengeringan ini (gabah berkadar air 40-45 %) dijual ke kolektor dengan harga yang telah ditetapkan. Kolektor tidak mengolah gabah tersebut sama sekali, melainkan langsung dijual ke Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.

Ø  Pengolahan Ditahap KBQ Baburrayyan
4)      Penggerbusan (Hulling)
Proses ini dilakukan dan selanjutnya dilakukan oleh karyawan KBQ Baburrayyan. Sebelum dilakukan proses ini, gabah tersebut terlebih dahulu dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 40 %. Pengeringan ini dilakukan diatas terpal atau lantai semen menggunakan sinar matahari selama 1 hari. Ini bertujuan untuk mengurangi biji yang pecah dan memudahkan pengupasan kulit tanduk pada saat proses pengerbusan.
Gabah berkadar air 40 % dimasukkan kedalam huller untuk dilakukan pengerbusan. Tujuan hulling/ penggerbusan adalah untuk memisahkan kulit-kulit tanduk dan ari  dari gabah sehingga didapatkan kopi labu.

5)      Pengeringan Akhir
Kopi beras yang didapatkan dari hasil pengerbusan dikeringkan lagi sampai didapatkan kadar air mencapai 12-13 %. Pengeringan ini dilakukan pada sinar matahari hingga didapatkan kadar air dibawah 13 % yang pada akhirnya dapat menjaga stabilitas penyimpanan. Pengeringan biasanya dilakukan di lantai jemur yang terbuat dari semen dengan tebal tumpukan ± 2 cm selama 2-3 hari.

6)      Sortasi Biji Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan kopi pasar berdasarkan nilai cacatnya dan grading/ ukuran. Untuk memisahkan berdasarkan ukurannya digunakan alat glender (ayakan), sedangkan untuk memisahkan berdasarkan nilai cacatnya digunakan tenaga manusia (sortasi tangan/ meja). Sortasi meja ini merupakan sortasi terakhir untuk menentukan mutu kopi beras dengan syarat mutu ditentukan oleh direksi.
Cara sortasi ini dilakukan diatas meja dimana setiap meja terdapat ± 10 orang tenaga sortasi wanita yang masing-masing bertanggung jawab atas mutu yang dihasilkannya, antara lain : Mutu I, Mutu II, Mutu III, Mutu IV dan Mutu V. kategori mutu yang paling bagus yaitu mutu I (warna merata, Tidak cacat, tidak ada bubuk dan kotoran).











Tabel. jenis mutu kopi berdasarkan system nilai cacat
7)      Pengemasan
Tujuan pengemasan kopi beras antara lain untuk mempertahankan mutu fisik dan cita rasa, mengamankan dari serangan hama dan penyakit, memperindah kenampakan, mempermudah penanganan, pengangkutan, perhitungan jumlah dan identifikasi.
Proses pengemasan di pabrik KBQ Baburrayyan menggunakan karung goni (pasar eksport) dan karung plastik (pasar local). Kemasan tersebut dijahit dengan benang 2 kali dengan masing-masing beratnya 60 kg/ karung. Pada kemasan kopi organik dicantumkan beberapa informasi ekspor yang langsung disablon pada goni seperti jenis kopi, nomor goni, grade mutu kopi, ICO, negara pengekspor, negara tujuan.




Syarat Mutu Kopi
Pengolahan Basah
  • Kadar air maksimum 12 % (bobot/bobot).
  • Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya maksimum 0,5 % (bobot/bobot).
  • Bebas dari serangga hidup.
  • Bebas dari biji yang berbau dan berbau kapang (apek).

Pengeringan Kering
  • Kadar air maksimum 13 % (bobot/bobot).
  • Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya maksimum 0,5 % (bobot/bobot).
  • Bebas dari serangga hidup.
  • Bebas dari biji yang berbau dan berbau kapang (apek).
  • Biji tidak lolos ayakan ukuran 3 mm x 3 mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot).
  • Untuk bisa disebut biji ukuran besar, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ayakan ukuran 5,6 mm x 5,6 mm (3,5 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot).

4.3. Aspek Agribisnis
 Pemasaran kopi yang dilakukan oleh petani kopi di daerah biasanya menggunakan jalur pemasaran berantai. Pemasaran kopi dilakukan rutin dalam satu minggu. Dalam satu minggu pemasaran dilakukan hanya satu kali. Para petani akan membawa kopi ke pedagang pengumpul yang ada di desa, pemasaran seperti ini sudah sering dilakukan dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang rutin.
Ditinjau dari saluran pemasaran kopi pada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan ada satu macam cara penyampaian barang :
  1. Distribusi barang dari petani kepada  pedangang pengumpul (kolektor), dilanjutkan kepada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan, dan kepada Eksportir.

Gambar 1. Skema Saluran Pemasaran Kopi di Koperasi Baitul Qiradh    Baburrayyan 2010

Dari skema di atas dapat dijelaskan Distribusi barang dari petani kepada  pedangang pengumpul (kolektor), dilanjutkan kepada Koperasi Baitul Qirald Baburrayyan, dan kepada Eksportir. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan mampu mengekspor kopi ke beberapa negara antara lain USA, Australia, Canada, Inggris, Singapura, Mexico dan New Zealand.



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1   Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pada bagian ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
·         Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan kultur teknis yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam areal perkebunan, karena pemeliharaan tanaman akan mempengaruhi produksi tanaman.
·         Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kopi yang sudah menghasilkan meliputi pemupukan, pemangkasan (baik pada tanaman kopi maupun pada tanaman pelindung), serta pengendalian hama, penyakit dan gulma.
·         Teknik budidaya Kopi Arabika Organik dilakukan dengan melihat kesuburan tanah, kaya bahan organik, ketinggian tempat, serta perawatan dan pemeliharaan.
·         Bisnis Kopi Arabika Organik pada Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sangat menguntungkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini bukan saja berpengaruh pada pendapatan petani, namun dapat memenuhi permintaan Kopi Arabika Organik oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
·         Produk yang dihasilkan pada Koperasi ini dapat bersaing dengan produk yang didatangkan dari luar daerah dan luar negeri.

5.2. Saran      
Meskipun manajemen Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sudah memadai, namun untuk meningkatkan efektifitasnya berikut ini kami dapat memberikan saran-saran yang membangun sebagai berikut :
1.      Untuk meningkatkan produktivitas tanaman Kopi Arabika Organik supaya dapat berproduksi dalam jangka waktu yang lama maka teknik perawatan tanaman perlu ditingkatkan lagi ke arah yang lebih sempurna, dengan mempersiapkan dan mengolah lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kopi. 
  1. Untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pemeliharaan tanaman kopi organik terutama dalam meningkatkan hasil serta mutu kopi yang dihasilkan, diharapkan adanya penelitian yang lebih intensif sehingga tujuan dari pemeliharaan tanaman kopi organik dapat tercapai.
3.      Manajemen yang baik sangatlah diperlukan dalam melakukan kegiatan pemasaran, dimana petani dapat langsung memasarkan hasil panen dengan mudah.




 DAFTAR PUSTAK­A
                                                         

Anonymous. 2002a. Profil Komoditi Unggulan perdagangan Daerah
Kabupaten Aceh Tengah. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Aceh tengah

Anonymous. 2002b. Kelayakan Dan Rencana Komoditi Ekspor Unggulan
Kabupaten Aceh Tengah. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Aceh tengah

Anonymous. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi. Diakses 5 april 2010

Girisanta. 1978. Bercocok Tanam Kopi. Kanisus. Yogyakarta

Sukirno, S. 2003. Pengantar Bisnis. Prenada Media : Jakarta

Su’ud, Hassan. 2002. Metode Penelitian Aplikasi Dalam Menyusun Usul
Penelitian. YCMC : Jakarta


Su’ud, Hassan. 2004. Pengantar Ilmu Pertanian. YCMC : Jakarta


Su’ud, Hassan. 2007. Manajemen Agribisnis Dalam Perspektif Pendekatan